Persembahan Untuk Bunda Part 3



***
        "Mah, Nathan kangen sama mama. Mama baik-baik aja kan di Surga?"
        Nathan menaruh seikat bunga lili putih pada pusara Ibunya, lalu dia mengelus nisan Ibunya penuh kerinduan. Elang yang berdiri di belakang Nathan hanya bisa memandang sahabatnya itu iba, dia bisa merasakan bagaimana sedihnya perasaan Nathan sekarang.
        Tadi, seusai membuat guci mereka langsung pergi ke TPU tempat dimana pusara Ibu Nathan berada sebelumnya tak lupa membeli seikat bunga lili putih, bunga kesukaan alm.Ibu Nathan.
        "Mah, kapan Nathan bisa ketemu mama lagi? Nathan pengen kayak dulu lagi mah, Nathan pengen mamah ada di sisi Nathan," Nathan kembali berbicara sambil menatap pusara Ibunya sendu. Tangannya tak henti-hentinya membelai nisan.
        Elang yang sedari tadi memerhatikan dalam diam merasa terenyuh melihat betapa malangnya nasib Nathan dan betapa beruntungnya dirinya. Elang merasa beruntung karena dia masih bisa merasakan kasih sayang dari Bundanya.
        "Nathan, udah yuk. Ibu lo juga pasti kangen sama lo, dan menurut gue beliau udah bahagia di Surga sana," Elang menepuk pundak Nathan dan mengajaknya untuk pulang karena hari semakin mendung. Nathan yang masih berceloteh segera mendongak dan menatap Elang dengan seulas senyum, dia mengangguk.
        "Iya Elang. Ini juga udah," katanya lalu kembali menatap pusara ibunya
        "Mah, Nathan pulang dulu ya. Mama yang tenang di sana. Nathan sayang mamah," ujar Nathan lalu mengecup nisan Ibunya dan beranjak berdiri. Elang merangkul pundak Nathan lalu keduanya menatap pusara Ibu Nathan sebelum akhirnya melangkahkan kaki meninggalkan TPU tersebut.
***
Kata mereka diriku slalu dimanja
Kata mereka diriku slalu dtimang
Nada nada yang indah
Slalu terurai darinya
Tangisan nakal dari bibirku
Takkan jadi deritanya
Tangan halus dan suci
Tlah mengangkat diri ini
***
        "Bunda, kangen." Elang memeluk Bundanya dengan manja ketika melihat beliau tengah menyiapkan makan siang untuknya, Nathan membuntuti Elang dari belakang karena tadi dia di paksa Elang untuk ikut.
        "Elang, udah pulang nak," tanya Bunda Elang lembut sambil membelai rambut anak semata wayangnya tersebut dengan penuh kasih sayang membuat hati Nathan terasa teriris, Nathan juga ingin seperti Elang.
        "Udah dong Bun. Nat, sini dong. Gabung," ajak Elang melihat Nathan yang tak beranjak dari ambang pintu masuk ruang makan, dia menarik tangan Nathan hingga ke dalam.
        "Hallo Tante," sapa Nathan canggung lalu mengecup tangan Bunda Elang
        "Hallo juga Nat, gimana kabarnya? Ikut makan disini ya, tante udah masak banyak,"
        "Baik tante. Iya terimakasih," Nathan tersenyum manis.
        Elang tersenyum melihat keakraban Nathan dan Bundanya lalu dia teringat akan guci yang dibuatnya bersama Nathan tadi. Elang menghampiri Bundanya lalu mengeluarkan guci tersebut dari dalam tasnya.
        "Selamat ulangtahun, Bunda, ini Elang sama Nathan bikin khusus buat Bunda. Ini adalah persembahan untuk Bunda dari Elang sama Nathan, semoga Bunda suka," ujar Elang bangga seraya memamerkan guci yang dia buat bersama Nathan. Bunda Elang tersenyum senang lalu mengacak poni Elang halus.
        "Makasih ya sayang, ini bagus sekali. Nathan juga, makasih ya Nat." ujar Bunda Elang sambil mengamati guci tersebut dengan ekspresi takjub
        “Sama-sama tante, Nathan juga mau ngucapin selamat ulang tahun sama tante,” ujar Nathan lirih.
        Bunda Elang tersenyum manis, mengusap puncak kepala Nathan lalu beralih menatap Elang. Beliau lalu memeluk Elang erat. Elang balas memeluk Bundanya tersebut lalu berbisik sesuatu.
        Nathan tersenyum tipis, tapi dia merasa tak enak telah menganggu waktu yang seharusnya Elang habiskan berdua dengan Bundanya. Nathan membalikkan badannya lalu melangkah menuju pintu, tapi sebuah suara menahannya.
        "Nathan, sini nak." panggil Bunda Elang menghentikan langkah Nathan. Nathan berbalik dengan ekspresi bertanya.
        "Ya, ada apa Tante?" tanya Nathan lalu mengahampiri Bunda Elang.
        "Mulai sekarang, kamu boleh panggil tante Bunda kayak Elang.Tante udah denger semuanya dari Elang, kalo kamu merasa kekurangan kasih sayang seorang Ibu kamu bisa menganggap Tante Ibu kamu. Tante juga sayang sama kamu, Tante udah nganggap kamu anak kandung tante. Kamu mau kan panggil tante Bunda?"
        Nathan terperangah tak percaya mendengar penuturan Bunda Elang, dia memandang Bunda Elang lalu beralih pada Elang yang sedang tersenyum ke arahnya.
        "Beneran tante?"
        "Bunda Nathan, lo susah banget sih di bilangin." Elang menyela ucapan Nathan, dia sedikit jengkel dengan sikap Nathan yang seperti berada di dunia mimpi.
        Senyum Nathan mengembang, dia membentangkan tangannya hendak memeluk Bunda Elang tapi dia urungkan karena malu.
        "Mmm,, Nathan boleh meluk Bunda kan?" tanya Nathan malu-malu, Bunda mengangguk lalu tersenyum dan membawa Nathan ke dalam pelukannya. Nathan memeluk Bunda barunya tersebut erat, merasakan kehangatan pelukan yang selama ini sempat hilang dari kehidupannya.
        Elang ikut tersenyum melihat betapa bahagianya Nathan, dia lalu ikut memeluk Bundanya bersama Nathan.
        "Makasih Bunda, Makasih Elang. Nathan sayang kalia,n" gumam Nathan bahagia.
        "Gue juga sayang sama lo Nat,"
        "Iya, Bunda juga sayang kalian. Dua jagoan Bunda. Nah sekarang, ayo makan. Entar makannnya keburu dingin," Bunda melepaskan pelukannya lalu membelai satu persatu rambut Nathan dan Elang.
        "Hehe, iya Bun," sahut Nathan malu-malu lalu ikut duduk di meja makan.
        Untuk pertama kalinya dia merasa sangat bahagia setelah sekian lama tak pernah merasakan kehangatan seorang Ibu, dan dia sangat bersyukur karena hari ini–setelah sekian lama-dia mendapatkan seorang Ibu baru yang tampaknya akan dengan tulus menyayanginya dan menerimanya kapanpun.
        Elang memandang wajah Nathan sambil tersenyum bahagia karena akhirnya Nathan pun bisa merasakan hal yang selama ini Elang rasakan, tak sedikit pun Elang merasa iri atau takut Bundanya akan lebih memerhatikan Nathan daripada dirinya karena Elang ingin berbagi dengan Nathan. Dia ingin, Nathan juga bisa memiliki seorang Ibu sama seperti dirinya.
***
Jiwa raga dan seluruh hidup
Rela dia berikan
Oh bunda ada dan tiada dirimu
Kan slalu ada di dalam hatiku
***


TAMAT


0 komentar:

Posting Komentar