***
"Mah, Nathan kangen sama mama. Mama
baik-baik aja kan di Surga?"
Nathan menaruh seikat bunga lili putih
pada pusara Ibunya, lalu dia mengelus nisan Ibunya penuh kerinduan. Elang yang
berdiri di belakang Nathan hanya bisa memandang sahabatnya itu iba, dia bisa
merasakan bagaimana sedihnya perasaan Nathan sekarang.
Tadi, seusai membuat guci mereka
langsung pergi ke TPU tempat dimana pusara Ibu Nathan berada sebelumnya tak
lupa membeli seikat bunga lili putih, bunga kesukaan alm.Ibu Nathan.
"Mah, kapan Nathan bisa ketemu mama
lagi? Nathan pengen kayak dulu lagi mah, Nathan pengen mamah ada di sisi
Nathan," Nathan kembali berbicara sambil menatap pusara Ibunya sendu.
Tangannya tak henti-hentinya membelai nisan.
Elang yang sedari tadi memerhatikan
dalam diam merasa terenyuh melihat betapa malangnya nasib Nathan dan betapa beruntungnya
dirinya. Elang merasa beruntung karena dia masih bisa merasakan kasih sayang
dari Bundanya.
"Nathan, udah yuk. Ibu lo juga
pasti kangen sama lo, dan menurut gue beliau udah bahagia di Surga sana,"
Elang menepuk pundak Nathan dan mengajaknya untuk pulang karena hari semakin
mendung. Nathan yang masih berceloteh segera mendongak dan menatap Elang dengan
seulas senyum, dia mengangguk.
"Iya Elang. Ini juga udah,"
katanya lalu kembali menatap pusara ibunya
"Mah, Nathan pulang dulu ya. Mama
yang tenang di sana. Nathan sayang mamah," ujar Nathan lalu mengecup nisan
Ibunya dan beranjak berdiri. Elang merangkul pundak Nathan lalu keduanya
menatap pusara Ibu Nathan sebelum akhirnya melangkahkan kaki meninggalkan TPU
tersebut.
***
Kata
mereka diriku slalu dimanja
Kata
mereka diriku slalu dtimang
Nada
nada yang indah
Slalu
terurai darinya
Tangisan
nakal dari bibirku
Takkan
jadi deritanya
Tangan
halus dan suci
Tlah
mengangkat diri ini
***
"Bunda, kangen." Elang memeluk
Bundanya dengan manja ketika melihat beliau tengah menyiapkan makan siang
untuknya, Nathan membuntuti Elang dari belakang karena tadi dia di paksa Elang
untuk ikut.
"Elang, udah pulang nak,"
tanya Bunda Elang lembut sambil membelai rambut anak semata wayangnya tersebut
dengan penuh kasih sayang membuat hati Nathan terasa teriris, Nathan juga ingin
seperti Elang.
"Udah dong Bun. Nat, sini dong.
Gabung," ajak Elang melihat Nathan yang tak beranjak dari ambang pintu
masuk ruang makan, dia menarik tangan Nathan hingga ke dalam.
"Hallo Tante," sapa Nathan
canggung lalu mengecup tangan Bunda Elang
"Hallo juga Nat, gimana kabarnya?
Ikut makan disini ya, tante udah masak banyak,"
"Baik tante. Iya terimakasih,"
Nathan tersenyum manis.
Elang tersenyum melihat keakraban Nathan
dan Bundanya lalu dia teringat akan guci yang dibuatnya bersama Nathan tadi.
Elang menghampiri Bundanya lalu mengeluarkan guci tersebut dari dalam tasnya.
"Selamat ulangtahun, Bunda, ini
Elang sama Nathan bikin khusus buat Bunda. Ini adalah persembahan untuk Bunda
dari Elang sama Nathan, semoga Bunda suka," ujar Elang bangga seraya
memamerkan guci yang dia buat bersama Nathan. Bunda Elang tersenyum senang lalu
mengacak poni Elang halus.
"Makasih ya sayang, ini bagus
sekali. Nathan juga, makasih ya Nat." ujar Bunda Elang sambil mengamati
guci tersebut dengan ekspresi takjub
“Sama-sama tante, Nathan juga mau
ngucapin selamat ulang tahun sama tante,” ujar Nathan lirih.
Bunda Elang tersenyum manis, mengusap
puncak kepala Nathan lalu beralih menatap Elang. Beliau lalu memeluk Elang
erat. Elang balas memeluk Bundanya tersebut lalu berbisik sesuatu.
Nathan tersenyum tipis, tapi dia merasa
tak enak telah menganggu waktu yang seharusnya Elang habiskan berdua dengan
Bundanya. Nathan membalikkan badannya lalu melangkah menuju pintu, tapi sebuah
suara menahannya.
"Nathan, sini nak." panggil
Bunda Elang menghentikan langkah Nathan. Nathan berbalik dengan ekspresi
bertanya.
"Ya, ada apa Tante?" tanya
Nathan lalu mengahampiri Bunda Elang.
"Mulai sekarang, kamu boleh panggil
tante Bunda kayak Elang.Tante udah denger semuanya dari Elang, kalo kamu merasa
kekurangan kasih sayang seorang Ibu kamu bisa menganggap Tante Ibu kamu. Tante
juga sayang sama kamu, Tante udah nganggap kamu anak kandung tante. Kamu mau
kan panggil tante Bunda?"
Nathan terperangah tak percaya mendengar
penuturan Bunda Elang, dia memandang Bunda Elang lalu beralih pada Elang yang
sedang tersenyum ke arahnya.
"Beneran tante?"
"Bunda Nathan, lo susah banget sih
di bilangin." Elang menyela ucapan Nathan, dia sedikit jengkel dengan
sikap Nathan yang seperti berada di dunia mimpi.
Senyum Nathan mengembang, dia
membentangkan tangannya hendak memeluk Bunda Elang tapi dia urungkan karena
malu.
"Mmm,, Nathan boleh meluk Bunda
kan?" tanya Nathan malu-malu, Bunda mengangguk lalu tersenyum dan membawa
Nathan ke dalam pelukannya. Nathan memeluk Bunda barunya tersebut erat,
merasakan kehangatan pelukan yang selama ini sempat hilang dari kehidupannya.
Elang ikut tersenyum melihat betapa
bahagianya Nathan, dia lalu ikut memeluk Bundanya bersama Nathan.
"Makasih Bunda, Makasih Elang.
Nathan sayang kalia,n" gumam Nathan bahagia.
"Gue juga sayang sama lo Nat,"
"Iya, Bunda juga sayang kalian. Dua
jagoan Bunda. Nah sekarang, ayo makan. Entar makannnya keburu dingin,"
Bunda melepaskan pelukannya lalu membelai satu persatu rambut Nathan dan Elang.
"Hehe, iya Bun," sahut Nathan
malu-malu lalu ikut duduk di meja makan.
Untuk pertama kalinya dia merasa sangat
bahagia setelah sekian lama tak pernah merasakan kehangatan seorang Ibu, dan
dia sangat bersyukur karena hari ini–setelah sekian lama-dia mendapatkan
seorang Ibu baru yang tampaknya akan dengan tulus menyayanginya dan menerimanya
kapanpun.
Elang memandang wajah Nathan sambil
tersenyum bahagia karena akhirnya Nathan pun bisa merasakan hal yang selama ini
Elang rasakan, tak sedikit pun Elang merasa iri atau takut Bundanya akan lebih
memerhatikan Nathan daripada dirinya karena Elang ingin berbagi dengan Nathan.
Dia ingin, Nathan juga bisa memiliki seorang Ibu sama seperti dirinya.
***
Jiwa
raga dan seluruh hidup
Rela dia
berikan
Oh bunda
ada dan tiada dirimu
Kan
slalu ada di dalam hatiku
***
TAMAT
0 komentar: